Tuesday, October 31, 2006

Parenting 101 (Part 3)

Hubungan orangtua dan anak ternyata rumit juga ya. Mirip seperti tarik tambang, ada saat-saat orangtua harus mengalah sama anak, dan sebaliknya ada permintaan anak yang tidak harus dipenuhi orangtua. Memang sih, dalam kasus gue yang terjadi lebih banyak gue mengalah sama anak. Tapi dalam beberapa situasi, orangtua tetap harus tegas: tidak boleh! Ada prinsip-prinsip yang tidak boleh dilanggar, batasan yang harus diketahui oleh si anak. Contohnya adalah kejadian baru-baru ini.

Gue dan istri mengajak si Yuka bermain ke tempat bermain anak yang ada di Senayan City. Apa ya namanya? Kalau nggak salah Play Mall gitu. Banyak permainan yang menarik buat anak kecil di situ. Si Yuka betah banget jadinya deh. Satu jam berlalu, masih asik juga tuh. Oke lah, kita tambah satu jam lagi. Eh, udah abis waktunya kok belum mau keluar juga. Padahal ini udah jam makan buat Yuka (dan orangtuanya juga udah kelaperan gitu...he he)

Inilah saatnya orangtua harus bersikap tegas. Yuka, sudah cukup. Dan proteslah dia, dalam bentuk (apalagi kalau bukan) menangis sejadi-jadinya. Tapi sebagai orangtua yang tegas kita tetap memaksa dia keluar, sepertiga ditarik, sepertiga digendong, sepertiga dibujuk. Tapi tetep dong nangis terus. Apakah kemudian kita berubah pikiran? Tentu tidak. Apalagi, ini yang terpenting, apa kata dunia bila orangtua modern macam kita ini selalu memenuhi tuntutan anaknya. Memanjakan anak secara berlebihan tidak ada dalam kamus kita.

Nomor dua, ini juga penting, kita berdua merasakan tatapan tajam dari para orangtua modern yang lain. Jangan menyerah! Biar si anak tahu, who’s in charge. Kalau nggak, seumur hidup kalian akan diperbudak oleh tuntutan mereka! Ya, kita bisa membaca pikiran para orangtua yang lain. Dan tentu saja, kita sependapat. Akhirnya sukseslah si Yuka dibawa keluar dari arena permainan.

Tapi si Yuka tetep manyun tuh. Makan, minum susu udah sukses, tapi kok kayaknya masih sedih ya? Mukanya itu lho. Waduh gimana nih. Ya, hal itu akhirnya muncul juga. Hal yang banyak dialami orangtua modern di manapun juga, terlepas dari seberapa tegasnya mereka. Please welcome: guilty feelings. Hmmm. Yuka mau beli mainan Hot Wheels? Mau ayah. Dan pergilah kita membeli bukan satu, bukan dua, tapi tiga buah mobil Hot Wheels buatan Mattel Inc. Dan tersenyumlah si Yuka.

Oh, kami memang orangtua yang lemah...


***

4 comments:

Anonymous said...

boyke oh boyke....

akirnya lw mengalah juga...

gut lak yach..

Nats

Anonymous said...

Wah udah banyak juga ceritanya. Blog bagi gue seperti majalah, dan blog lo gue kategorikan sebagai Majalah AyahBunda. Not necessarily in a negative meaning though, karena gue juga on occasional times (baca: kalau lagi ke rumah orang yang langganan AyahBunda) baca juga. Tapi gimana ya, secara lo sendiri yang bilang “Ne, waktu lo masih minum susu, gue udah mabok-mabokan”, jadi yah gue ngerasa kayak LA-24 dikasihin HRK/MMK FF: they are leader in Indonesia cigarette world, but not for people my age hehehe.

But, keep writing! I salute your artistic integrity before marketability.

Btw, as I read in an article at magazine when I was on plane yesterday: receding hairline is one big problem for man because for them the hair goes with their attraction to woman. Is it?

boyke rahardian said...

You've got a point. Most of the visitors here are in their 30's, although some of them are still in 'denial phase'...ha ha.

But no joke, I guess I'm still in that 'denial phase'. That reciding hairlines for instance, is a big problem because I can't easily lie about my age like I used to. How I miss my misspent youth...

BTW, you're not in LA-24 age bracket yourself right?

Anonymous said...

Just a friendly reminder: I think you are on the phase of transition from 30s to 40s. OK, now your problems: hair, backpain. Dan berikutnya:puber kedua. Hahaha. *kaburrrrrrrrrrr*